Minggu, 10 Maret 2013

MENELUSURI JEJAK HIDUP SYEKH ABDUL QADIR AL-JAELANI

Syekh Abdul Qadir Jaelani merupakan seorang syekh sempurna dan unik yang mencapai khazanah makrifat.Biografi adalah salah satu jenis karya sastra yang berkembang di dunia Islam. Jejak dan perjalanan hidup Muhammad SAW yang begitu memukau telah mendorong para penulis Muslim untuk mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagai As-Sirah an-Nabawiyyah. Para sejarawan telah melakukan penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengumpulkan kembali puisi-puisi pra-Islam. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya kehidupan Rasulullah sampai akhirnya menerima wahyu dan menjadi Rasul.Sarjana Muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Nabi Muhammad adalah Wahab bin Munabbih. Namun, As-Sirah an-Nabawiyyah yang paling populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq. Selain biografi Rasulullah SAW, para penulis Muslim juga banyak yang menulis tentang sejarah hidup para sahabat dan ulama terkemuka yang pernah mewarnai dunia Islam.Salah seorang ulama yang mendapat perhatian para penulis biografi Muslim adalah Syekh Abdul Qadir al-Jaelani. Ulama yang diberi gelar Syekhul Islam oleh Imam Azzahabi itu memang sangat populer. Bahkan, bagi mayoritas umat Islam di Indonesia, namanya biasa diucapkan dalam doa-doa yang mereka panjatkan.Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jaelani yang terbilang istimewa berjudul Nahr al-Qadiriyah. Betapa tidak, buku biografi itu ditulis oleh cucunya sendiri yang hidup di abad ke-21. Adalah Sayyid Syarif Dr Muhammad Fadhil Jaelani al-Hasani at-Taelani al-Jimazraqi yang menulis jejak hidup ulama terkemuka dari abad kelima Hijriah itu.Dalam pendahuluan kitabnya, Syekh Fadhil mengungkapkan, untuk mempelajari biografi salah seorang tokoh ulama umat Islam ataupun seorang quthb sufi bukanlah perkara mudah. Alasannya, kata dia, dibutuhkan pembelajaran mendalam mengenai kepribadian ulama tersebut, standar pemikiran yang elite untuk menjelajahi pemikiran-pemikiran, serta perlu merengkuh kedalaman makrifatnya. "Seorang penulis juga dituntut untuk mengenali tujuan-tujuan Syekh Abdul Qadir, mengemukakan pendapat-pendapatnya, dan mempelajari lingkungan-lingkungan ketika beliau hidup dengan segala kondisi yang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar